Cerita ini didasarkan dari kejadian nyata yang saya alami. Apabila ada kesamaan nama tokoh maupun tempat, itu merupakan sebuah kesengajaan yangĀ disengaja.
Siang itu terik matahari membuat orang-orang yang di dalam ruangan kegerahan, tidak
Siang itu sinisnya terik matahari membuat orang-orang yang berjalan dibawahnya terbakar perlahan, bahkan yang berlindung di bawah naungan atap rumah-pun masih merasakan kegerahan yang diakibatkannya. Setelah kuliah pagi hari, saya memutuskan untuk pulang mengingat agenda yang telah dibuat mesti ditepati, itu adalah kuliah ā cek lab ā pulang ā cukur rambut ā beli pewangi lemari ā tune up motor ā isi bensinā¦
Waktunya cukur rambut, setelah tadi merasakan ketidakramahan matahari sepanjang jalan, pada awalnya saya berpikir bernaung di dalam ruang 4×5 dilengkapi dengan 3 kursi dan peralatan cukur akan membuat saya nyaman dan sejuk, tapi ternyata nyaman dan hangat, ditambah dengan suara radio yang menyiarkan lagu-lagu lawas indonesia, sangat cocok untukā¦- tidur, tapi saya mesti dicukur. Giliran saya memang belum tiba, tapi hangatnya ruangan itu membuat saya harus melepaskan jaket yang dari tadi saya pakai sepanjang jalan untuk menghalau angin. Satu orang berlalu, dan akhirnya tiba giliran saya. Tidak suka banyak bicara, saya berkataĀ āMas, pendekā. Mas tukang cukur pun langsung menggerakkan tangannya yang terampil memegang mesin cukur memangkas susunan rambut ikal yang sudah mulai menggunduk ini, sejak dulu memang saya merasa risih apabila melihat laki-laki berambut panjang, apalagi di depan cermin ā saya lebih suka rambut gaya tentara ā terlihat lebih rapi.
Nggā¦ung, nggā¦ung, suara mesin cukur belum juga berhenti, dan bagi saya itu sangat..nyaman ā untuk tidur, diiringi dengan lagu lawas Indonesia, sempurna. Sedikit demi sedikit mata saya terasa berat, ngg..ung, ngg..ung, mulai terlelap, ngg..ung, tidurā¦ā¦ā¦ā¦ āHAI KAMANA EUY?, JADI MOALā , si tukang cukur menjawab āJADI ATUH, URANG NGILU!!!ā. Hei, saya terbangun dan degup jantung ini sudah menyegarkan saya. Ditambah dengan rasa malu. Ternyata teman si tukang cukur memulai pembicaraan itu untuk membangunkan sayaā¦ malu saya, maluā¦
Akhirnya, saya bangun sampai akhir dan melanjutkan agendaā¦ (sedih)
š